Genangan Manis

 Bismillahirrahmanirrahiim.

Sedari September 2021, hujan telah menyapa sebagian wilayah di Jawa Barat dan sekitarnya. Khusus di Depok, bahkan angin ribut turut menyapa hingga menjadikannya viral di media sosial.

Membahas hujan, tak elok bila tak membahas kenangan eh genangan air. Tidak, kali ini tidak akan membahas kerugian dari genangan. Kali ini membahas genangan manis! Ya, genangan air setinggi mata kaki dengan segala kenangan manis di dalamnya. Kenangan yang akan membekas di hari senja. Kenangan bermain genangan air di tengah jalan, 'berenang' beralaskan jalan beratapkan langit sore, dan kegiatan asyik lain yang dialami oleh anak-anak di Perumahan Taman Duta, Cimanggis, Depok Jawa Barat.

Sore pukul lima lebih beberapa menit di tanggal 20 Februari 2021 saya dan dua orang sahabat pergi ke sebuah lokasi di Perumahan Taman Duta. Malam sebelumnya hujan turun dengan semangatnya. Deras. Tak kenal waktu. Perumahan Taman Duta dibelah oleh sebuah kali. Kali yang mengalirkan air dari Setu Pengarengan Juanda Depok. Biasanya debit air akan meningkat bila hujan turun dengan derasnya tanpa kenal waktu. Debit air yang besar tersebut menyebabkan kali yang membelah perumahan meluap hingga ke jalan. 

Genangan air di Perumahan Taman Duta Depok Cimanggis
Genangan air di Perumahan Taman Duta Cimanggis Depok.

Sore itu, anak-anak dengan riangnya 'berenang' di genangan air tanpa rasa takut akan terlindas oleh kendaraan yang melintas. Anak-anak tampak menikmati momen bahagia tersebut. Orang tuanya melarang? saya tidak mendapati orang tua yang melarang anaknya ketika itu. Mungkin para orang tua juga sudah 'bosan' dengan anaknya yang tiap harinya selalu di rumah. Ya di dalam rumah. Pandemi menyebabkan kegiatan sekolah, kuliah, bahkan kerja dari rumah. "Tong, lu keluar gih sono mumpung banjir tuh jalanan", mungkin begitu arahan dari orang tua anak-anak tersebut. Mungkin.


Kendaraan yang melintas tak menjadi halangan bagi anak-anak untuk tetap 'berenang'.

Kendaraan yang menerjang genangan tak menjadi halangan bagi anak-anak untuk tetap 'berenang'. Kapan lagi 'berenang' ditemani oleh kendaraan. Bahkan dalam beberapa kesempatan, saya mendapati seorang warga yang mendapatkan cuan dari pengendara mobil karena mengatur 'traffic' di jalan raya Perumahan Taman Duta tersebut. Lumayan walau cuma seribu dua ribu. Cuan tetaplah cuan. Dua ribu bisa untuk dibelikan mie Sakura. Cukup nikmat untuk dinikmati setelah basah-basahan.

Seorang pengendara memberikan tip kepada salah seorang pengendali 'traffic' genangan.

Tak hanya 'berenang', salah seorang anak juga menangkap yuyu (kepiting air tawar) di kali yang membelah perumahan. Dia dan kawannya membawa ember untuk menampung yuyu yang telah ditangkap. "Apa tu, Tong?", tanyaku padanya. "Kepiting, Bang", jawabnya. Sore yang manis bagi anak tersebut dan kawannya.

Kepiting air tawar yang berhasil ditangkap seorang anak.

Ada lagi aktivitas salah seorang warga yang unik. Yap, mencuci motor dengan memanfaatkan air tumpahan kali. Hal yang seringkali kita jumpai ketika terjadi banjir. Lumayan, air gratis! Ra sah mbayar. Berbekal kuas di tangan, warga tersebut membersihkan ban sepeda motornya. 

Seorang warga mencuci motornya dengan memanfaatkan air genangan.

Sore menjelang maghrib, sekira pukul enam saya dan kawan beranjak pulang. Sebelum pulang saya dapati satu anak yang sedang asyik bermain air genangan kemudian mendokumentasinya. Satu hal yang saya ambil hikmahnya: bahagia tidak harus mewah

Seorang anak bermain genangan air.

Mengukir kenangan manis tak harus bermandi air di wahana dengan tiket masuk yang menipiskan kantung. Mengukir kenangan bisa juga dilakukan di genangan air tumpahan kali yang tak muat menampung debit air dari Setu Pengarengan. Kenangan yang sederhana. Sederhana namun membekas. 
Kenangan genangan. Genangan manis!
 








Komentar